Kamis, 27 Maret 2014

BERSYUKUR ; karena Kesadaran, atau karena Keadaan???


Pantaskah kita mengeluh tentang semua yang telah diberikanNya secara cuma-cuma? 

Layakkah kita untuk tidak bersyukur dengan apa yang ada pada diri kita?
Allah tak pernah mengurangkan kepada setiap makhlukNya atas apa yang menjadi kebutuhan mereka.
Meski tak selalu memberikan apa yang mereka inginkan, tapi Allah akan tetap mencukupkan semua yang mereka butuhkan.
Lalu yang jadi pertanyaan adalah 'apakah kadar kecukupan setiap makhluk itu sama?'. tentu saja jawabannya adalah 'TIDAK'. dan Allah juga-lah yang maha tau tentang apa-apa saja yang akan menjadikan cukup untuk kebutuhan mereka.
Tapi masalahnya, ada juga manusia sok tau yang merasa dirinya lebih tau tentang kebutuhan hidup dia dan sesamanya, sehingga mereka belum mau bersyukur ketika hidupnya 'hanya' diberi cukup untuk kebutuhannya, tapi tidak untuk keinginannya.
Mungkin penyebabnya adalah perbedaan persepsi dari tiap-tiap pribadi dalam memahami kata 'cukup' tadi.
Sebagian dari mereka menganggap 'cukup' adalah ketika mereka tak hanya memiliki semua yang mereka butuhkan, tapi juga yang mereka inginkan. Dan barulah mereka akan bersyukur dengan ke'cukup'annya.
Atau bahkan yang lebih menggelikan adalah, mereka yang (baru) mau bersyukur ketika melihat ada orang lain yang lebih susah darinya. dan menurut saya, ini adalah cara bersyukur yang paling kejam.
Apa iya, kita harus (selalu) melihat kesusahan orang lain dulu, baru kita bisa mensyukuri apa yang telah kita miliki?
Inilah yang akhirnya akan menjadi pembeda antara kita dengan yang lainnya.
Bagaimanakah kita Bersyukur? karena Kesadaran, atau karena Keadaan?

tulisan ini saya buat sekedar ingin berbagi pendapat, tidak bermaksud sok menasehati, apalagi menggurui.

-Ale Syarifudin-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar